di luar kuliah

Ahyani
2 min readJul 10, 2024

--

Satu tahun terakhir, aku menambah rutinitas baru, yaitu kembali menjadi santri.

Siapa yang sangka, aku yang beberapa tahun sebelumnya pernah bilang ke temenku,

“Aku ngga mau asrama lagi pokoknya abis lulus. Capek.”

Eh, ujungnya malah daftar, diterima, dan sekarang udah di tahap ngurusin pendaftaran asrama batch selanjutnya.

Jujur, rasanya emang beda banget memilih nyantri pas lagi kuliah. Di tengah kehidupan akademik, non-akademik, malah milih jadi santri yang setiap abis subuh selalu ada pembinaan dan bikin kita yang kelas pagi harus buru-buru buat bersiap ke kampus (Harusnya bisa sebelum subuh tapi anaknya deadliner banget:D).

Belum lagi kalau ada kelas sore-maghrib tapi di asrama ada kegiatan malam abis isya, rasanya kelas baru selesai ditutup tapi kita udah jadi pasukan paling depan keluar pintu.

Terus, kalau nggak ada pembinaan malam hari gimana? boleh main, kan? boleh, dong, tapi kita punya jam malam yaitu setengah 10 malam. Kalau ada rapat atau pertemuan di luar mulainya abis isya (belum lagi ngaret), ya, kita juga harus komunikasikan ke yang lain kalau kita ada jam malam. Jadi, jam berapapun di mulai, jam 9an kita udah harus pulang. Aku pernah ikut rapat kurang dari 30 menit karena waktu mulai ngaret dan mepet jam malam.

Pernah ada satu momen, aku sebagai PJ pembinaan tahsin datang telat tahsin dan aku lupa membuat laporan pembinaan setiap selesai per pertemuan (Sudah 3 pertemuan belum kubuat padahal harus dikumpulin). Lalu, tak lama aku diajak bicara empat mata oleh supervisor-ku dan beliau menasihatiku dengan baik-baik tapi tetap tegas. Itu, sih, yang aku suka, tidak merendahkan di depan yang lain dan tidak “menusuk” walaupun hanya berdua.

Oh iya, beberapa kali juga aku ngga ikut kegiatan non-akademik karena bentrok dengan kegiatan pembinaan asrama dan itu tidak masuk uzur syar’i jadi nggak boleh izin. Awalnya juga kesal tapi lama-lama akhirnya paham dan belajar memilih mana yang lebih bermanfaat di kala waktu mendesak.

Itu, sih, yang bikin aku jadi belajar banget prioritas. Belajar tentang kenapa banyak aturan dibuat, belajar tentang tanggung jawab dan konsekuensi atas apa yang kita putuskan, belajar mindful ketika banyak pilihan dan belajar gaskeun ketika emang kebaikannya lebih banyak untuk masa depan. Semuanya bener-bener balik lagi buat kebaikan kita bersama.

Mungkin terlihatnya capek, doang, ya. Padahal di balik sibuknya itu justru Allah kasih aku ipk yang naik (walau ga seberapa dibanding yang lain), dikasih kesempatan isi materi ramadhan di SMP Negeri setelah dikuatkan oleh supervisorku, punya teman yang mau ngajarin aku sampe malam banget gegara aku nggak paham matkul (shotout to Fitria), ikut banyak kegiatan sosial (Palestina, panti asuhan, dll), Skill masak meningkat karena piket mingguan, bahkan sampe punya temen jalan-jalan bareng (Walaupun boros bareng juga T_T).

Masyaa Allah. Justru enaknya lebih banyakkk. Misal, capek, ya capeknya seru karena bareng yang lain. Mau disebutin lebih banyak enaknya tapi aku nulis ini saat minum es campur di tukang bakso pas mepet deadline. Jadinya, aku nulis semampuku, ya. huhu.

Pokoknya kalau ada kesempatan nyantri sekali seumur hidup. HARUS dicoba karena serunya ++++++

Tulisan ini dibuat untuk Pekan #NyariTantangan dengan tema harian “Ke(sok)sibukan”. Yuk #NyariTantangan bersama Nyarita!

--

--